Senin, 26 September 2016

Perkembangan Agama Kristen di Indonesia

Makalah Sejarah
Perkembangan Agama Kristen  di Indonesia


XI-MIA-1 Disusun oleh :
Agustinus Lukito Sanjoyo
Arfani Marizka
Ghinaa Amadea H
Yunia Latifah
SMA Negeri 1 Ungaran
Tahun Pelajaran 2016/2017


Kata Pengantar

                Assalamualaikum Wr.Wb
          Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan  puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sejarah tentang Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dengan baik.
          Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya.
          Tak lupa, kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Oni Adhi Asmara,S.Pd selaku guru sejarah kami yang telah membantu dan mengarahkan kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
          Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang Perkembangan Agama Kristen di Indonesia ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.
          Wassalamualaikum Wr.Wb


Ungaran, 3 September 2016


                                                                                Penulis


Daftar Isi
Judul Halaman…………………………………………………………………...0
Kata Pengantar……………………………………………………………….........1
Bab I :Pendahuluan
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………….3
1.2  Tujuan……………………………………………………………………4
1.3  Ruang Lingkup Materi…………………………………………………...4
Bab II : Pembahasan…………………………………………………..........5
Bab III : Penutup
1.1  Kesimpulan…………………………………………………….……...12
1.2  Saran………………………………………………………………..…12
Daftar Pustaka………………………………………………….………...…13
Lampiran……………………………………………………………..….….14











Bab I : Pendahuluan
1.1     Latar Belakang

                 Alhamdulillah, berkat kerja keras kelompok 6 Kelas XI MIPA 1, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dengan baik. Tentunya makalah ini kami buat dengan penuh rasa tanggung jawab dan kekompakan antar anggota. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas sejarah yang telah diberikan oleh Bapak Oni Adhi Asmara, S.Pd selaku guru mapel sejarah kami di SMA Negeri 1 Ungaran.

                 Sejarah adalah sesuatu yang tidak boleh dilupakan. Karena di dalam sejarah terdapat nilai luhur budaya bangsa yang harus dilestarikan. Namun dalam kenyataannya, masih banyak orang yang belum memahami arti penting sejarah sebagai akar budaya bangsa. Para generasi muda banyak yang tidak memahami sejarah. Mereka melupakan masa lalu dengan begitu mudahnya. Padahal, masa lalu adalah sesuatu yang harus dijadikan pedoman di masa yang akan datang agar tidak terperosok ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

                 Hal lain yang mendasari pembuatan makalah ini adalah kurangnya minat belajar para generasi muda dalam mapel sejarah. Mereka berparadigma bahwa sejarah identik dengan hafalan. Padahal, tujuan utama dalam mempelajari sejarah adalah mengambil makna dari suatu peristiwa di masa lampau dan dijadikan sebagai pedoman di masa yang akan datang agar tak mengalami kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik ? Dengan tegas kami jawab, iya !

                 Masalah selanjutnya adalah banyak sekali masyarakat tidak mengetahui asal usul Agama Kristen di Indonesia. Siapakah tokoh yang menyebarkan agama Kristen? Di mana pertama kali agama ini berkembang? Apakah ada hubungannya dengan semangat 3G di era penjelajahan samudera?
             

                 Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembuatan makalah ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai berikut :

Adanya tugas sejarah yang diberikan oleh Bapak Oni Adhi Asmara, S.Pd
Masih banyak generasi muda yang belum memahami arti penting sejarah dalam kehidupan
Kurangnya minat belajar siswa dalam mapel sejarah
Adanya paradigma yang kurang baik terhadap mapel sejarah
Masyarakat tidak mengetahui asal usul Agama Kristen di Indonesia

1.2     Tujuan
     Tentunya penyusunan makalah ini memiliki tujuan tertentu. Dan tujuan kami adalah dapat menjawab setiap persoalan yang menjadi latar belakang pembuatan makalah. Jika diuraikan lebih lanjut per point, tujuan kami adalah sebagai berikut :

v  Memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Oni Adhi Asmara,S.Pd selaku guru mapel sejarah kami di SMA Negeri 1 Ungaran
v  Memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai arti penting sejarah dalam kehidupan
v  Meningkatkan minat belajar siswa dalam mempelajari sejarah
v  Menghilangkan paradigma siswa yang kurang baik terhadap mapel sejarah
v  Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai asal usul Agama Kristen di Indonesia

1.3     Ruang Lingkup Materi
                 Ruang lingkup materi dalam proses penyusunan makalah ini berasal dari cakupan materi sejarah yang membahas Perkembangan Agama Kristen di Indonesia. Ditambah referensi internet dari beberapa sumber yang telah kami bandingkan dan sempurnakan.



Bab II : Pembahasan
Mayoritas umat Kristen Indonesia adalah umat Protestan. Dari 23,5 juta total penduduk Indonesia beragama Kristen, sekitar 16,5 juta orang mengikuti ajaran-ajaran Protestan, sementara 7 juta orang lainnya mengikuti ajaran-ajaran Katolik. Komunitas-komunitas Kristen tersebar secara tidak merata di seluruh negeri. Namun, seperti yang bisa dilihat dari peta di bawah, kebanyakan dari komunitas ini bertempat tinggal di wilayah Timur Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk lebih rendah.
Lokasi-lokasi dengan komunitas-komunitas Kristen yang berjumlah cukup besar:
1. Sumatra Utara
2. Kalimantan
3. Sulawesi Utara
4. Sulawesi Barat
5. Maluku
6. Papua
7. Flores
8. Sumba
9. Timor Barat

Kedatangan Kekristenan di Nusantara
Sumber pertama yang diketahui mengenai kehadiran agama Kristen di Nusantara bisa ditemukan di karya ensikopledi oleh Abu Salih Al-Armini, seorang Kristen Mesir yang hidup di abad ke-12. Menurut tulisannya, ada sejumlah gereja Nestorian di Sumatra Barat pada saat itu yang berlokasi dekat dengan sebuah tempat produksi kayu kamper. Namun, para ilmuwan di masa selanjutnya berargumen bahwa Al-Armini mungkin telah salah mencatat lokasi ini dan lokasi sebenarnya berada di sebuah kota di India.
Setelah Portugis menaklukkan Malaka (yang kini disebut Malaysia) di tahun 1511, mereka berlayar lebih jauh ke arah Timur dan menemukan tempat asal rempah-rempah yang diidam-idamkan yaitu Kepulauan Maluku di mana Sultan Ternate berkuasa. Di sini, Portugis mendirikan tempat pemukiman kecil. Pada awalnya, hubungan antara orang Portugis yang beragama Katolik dan penduduk Muslim di Ternate berjalan harmonis karena kedua pihak menyadari keuntungan-keuntungan kerjasama perdagangan. Dari tahun 1534 dan selanjutnya, para pendeta berkebangsaan Portugis mulai aktif menyebarkan ajaran Katolik kepada penduduk asli dan pada akhir abad ke-16 sekitar 20% penduduk Maluku bagian selatan diklasifikasikan sebagai umat Katolik. Dua lokasi lain, keduanya di wilayah Timur Indonesia, tempat orang-orang Portugis mendirikan tempat-tempat pemukiman umat Katolik berada di Larantuka (di Pulau Flores) dan Dili (di Pulau Timor). Namun, terjadi bentrokan antara orang-orang Portugis (yang ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah) dan penduduk Ternate. Hal ini secara serius mengurangi pengaruh orang-orang Portugis di Kepulauan Maluku.
Orang-orang Belanda dari aliran Protestan-Calvinis mendirikan tempat pemukiman pertama mereka di Ternate pada tahun 1607. Mereka juga ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah namun jauh lebih berhasil dibandingkan orang-orang Portugis dalam mencapai ambisi mereka. Selama dua abad selanjutnya, Kesultanan Ternate secara bertahap kehilangan kekuasaannya, sementara ketiadaan pengaruh Portugis juga menimbulkan konsekuensi bagi penyebaran kekristenan di wilayah itu. Pada awalnya, orang-orang Belanda hanya memiliki sedikit minat untuk menyebarkan Injil. Di beberapa wilayah yang dikuasai perusahaan dagang Belanda yaitu VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) orang Belanda memang mendukung aktivitas-aktivitas misionaris. Namun, di kebanyakan kasus kegiatan misionaris terbatas pada tugas-tugas pastoral untuk komunitas-komunitas (yang sudah) Kristen yang kebanyakan terdiri dari orang-orang Eropa. Tidak ada usaha penyebaran agama besar-besaran yang didukung di wilayah-wilayah di bawah kontrol Belanda. Namun, satu kebijakan cukup jelas: hanya Kekristenan aliran Protestan-Calvinis Belanda yang diizinkan. Imam-imam Katolik yang sebelumnya menyebarkan ajaran-ajaran Katolik diusir. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa proses penyebaran ajaran Kristen, yang dimulai oleh orang-orang Portugis, telah (hampir) berhenti sama sekali ketika Belanda berkuasa di periode VOC (1602-1798).
Penyebaran Kekristenan selama Periode Penjajahan
Pada abad ke-19 ketika Kerajaan Belanda mendapat kontrol atas wilayah yang sebelumnya dikuasai VOC, aktivitas-aktivitas misionaris masih tetap tidak didukung oleh pemerintah kolonial. Gereja Reform Belanda adalah agen pemerintah yang hanya berfokus melayani kebutuhan religius dari warganegara Belanda (yang sudah) memeluk aliran Protestan. Kendati begitu, sekelompok kecil dari anggotanya melakukan penyebaran ajaran-ajaran Protestan dan mendirikan gereja-gereja dan sekolah-sekolah di Hindia Belanda. Namun, insentif skala besar yang nyata untuk penyebaran agama bagi penduduk asli datang dari organisasi-organisasi baru yang datang dari Eropa di pertengahan kedua abad ke-18 dan abad ke-19. Institusi-institusi seperti Serikat Misionaris Belanda (Nederlandsch Zendeling Genootschap) dan Kelompok Misionaris Rhenish (Rheinische Missionsgesellschaft) dari Jerman diizinkan untuk menyebarkan ajarannya di Hindia Belanda. Karena Kerajaan Belanda di Eropa telah mulai menjadi sekuler, pemerintah kolonial juga tidak bisa mencegah misionaris-misionaris Katolik melakukan aktivitas-aktivitasnya di Hindia Belanda. Pemisahan antara gereja dan negara berarti negara harus mengambil sikap netral mengenai isu-isu agama, karenanya aktivitas-aktivitas misionaris diserahkan pada sektor non-pemerintahan.
Sekalipun pada tahun 1900, aktivitas-aktivitas misionaris telah terbentuk di seluruh wilayah koloni (kecuali untuk wilayah-wilayah Muslim di Aceh dan Sumatra Barat), jumlah umat Kristen tidak banyak bertambah dibandingkan satu abad sebelumnya. Hanya dua wilayah yang menunjukkan pertambahan besar untuk jumlah penduduk asli pengikut ajaran Protestan, yaitu Minahasa (Sulawesi Selatan) dan Tapanuli (Sumatra Utara). 'Kegagalan' umum penyebaran agama Kristen kepada penduduk asli dalam skala besar terutama disebabkan karena kurangnya kemampuan finansial, terbatasnya jumlah pekerja, dan pengunaan metode-metode yang tidak tepat. Setelah tahun 1900, ekspansi wilayah oleh Pemerintah Kolonial telah hampir sukses seluruhnya dan politik etis (bertujuan meningkatkan standar hidup penduduk asli) diperkenalkan. Kebijakan baru ini mengimplikasikan dampak lebih langsung kepada penduduk asli yang - antara lain - menyebabkan kedatangan (khususnya) banyak umat Katolik dari Belanda. Dengan lebih banyak sumberdaya manusia dan dukungan keuangan, aktivitas-aktivitas misionaris Katolik bergerak ke wilayah-wilayah baru dan jumlah penduduk asli pengikut ajaran Katolik turut bertambah. Kelompok-kelompok Protestan didukung oleh sejumah organisasi dari wilayah Amerika Utara yang datang ke Hindia Belanda pada pertengahan pertama abad ke-20. Pada umumnya, pendekatan misionaris di koloni Belanda cukup terpecah-percah. Pada tahun 1938, diambil langkah-langkah untuk mendirikan Dewan Kristen Nasional di Hindia Belanda namun Perang Dunia II dan dilanjutkan dengan kemerdekaan Indonesia mengakhiri usaha ini.
            Perkembangan Agama Kristen di Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni Kristen Katholik dan Kristen Protestan. Seperti halnya Agama Hindu, Buddha, dan Islam, penyebaran Agama Kristen juga melalui aktivitas pelayaran dan perdagangan. Aktivitas pelayaran dan perdagangan waktu itu sudah menjangkau ke seluruh wilayah Kepulauan Indonesia. Dalam kenyataannya, Agama Kristen Katholik dan Kristen Protestan berkembang di beerbagai daerah. Bahkan di daerah Indonesia bagian Timur seperti di Papua, daerah Minahasa, Timor, Nusa Tenggara Timur, juga daerah Tapanuli di Sumatera, Agama Kristen menjadi mayoritas.
             Mengenai proses masuknya Agama Kristen ke Indonesia ini dapat dikatakan dalam dua gelombang atau dua kurun waktu. Pertama, dikatakan bahwa Agama Kristen masuk di Indonesia sudah sejak jaman kuno. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, diceritakan bahwa pada abad ke-6 sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, Pantai Malabar dan Srilanka. Dari Malabar, Agama Kristen menyebar ke berbagai daerah. Tahun 650, Agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah (Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Abad ke-9, Kedah menjadi pelabuhan dagang yang ramai di jalur dagang India-Aceh-Barus-Nias-Selat Sunda-Laut  Jawa-China. Jalur ini disebut sebagai jalur penyebaran Kristen ke Nusantara. Diberitakan bahwa agama Kristen kemudian mulai tumbuh di Barus (Fansur). Di daerah ini terdapat Gereja Bunda Perawan Murni Maria. Disebutkan bahwa di Lobu Tua dekat kota Barus terdapat desa tua bernama desa Janji Mariah.

Gereja Perawan Murni Mariah

            Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa Agama Kristen masuk dengan cara damai melalui jalur pelayaran dan perdagangan. Agama ini tumbuh di Semenanjung Malaya dan Pantai barat Sumatera. Penganut Agama Kristen hidup di kota-kota pelabuhan dengan beraktivitas sebagai pedagang.
            Di periode berikutnya, penyebaran Kristen lebih intensif seiring dengan datangnya Bangsa Barat ke Indonesia pada abad ke-16. Kedatangan Bangsa Barat semakin memantapkan dan mempercepat penyebaran Kristen di Indonesia. Orang-orang Portugis menyebarkan Kristen Katholik dan orang-orang Belanda menyebarkan Kristen Protestan. Telah diuraikan di bab sebelumnya, bahwa pada abad ke-16 telah terjadi penjelajahan samudera untuk menemukan dunia baru. Periode ini sering disebut The Age of  Discovery.

The Age of Discovery

            Kegiatan penjelajahan samudera untuk menemukan dunia baru dipelopori oleh orang-orang Portugis dan Spanyol dengan semboyan 3G :Gold,Glory,Gospel. Dengan motivasi tersebut, penyebaran agama Katholik yang dibawa Portugis tidak terlepas dari kepentingan ekonomi dan politik. Setelah menguasai Malaka tahun 1511, Portugis meluaskan eksploitasi ke Kepulauan Maluku untuk memburu rempah-rempah. Tahun 1512, kapal Portugis mendarat di Hitu, Kep. Maluku. Waktu itu, perdagangan di Pulau Igis ramai. Berkembanglah Agama Katholik di beberapa daerah di Maluku. Para penyiar Agama Katholik diawali oleh Pastor (dalam bahasa Portugis : padre artinya imam) Pastor yang terkenal di jaman itu adalah Fransiscus Xaverius SJ dari ordo Yesuit. Ia aktif  mengunjungi desa-desa di sepanjang Pantai Leitimor, Kep. Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara dan Kep. Morotai. Usaha penyebarannya dilanjutkan pastor-pastor lain. Di NTT, agama Kristen berkembang hingga sekarang.

Fransiscus Xaverius SJ

            Berikutnya juga berkembang Agama Kristen di Maluku setelah VOC menguasai Ambon. Pada waktu itu, zendeling aktif menyebarkan agama baru ini dengan semangat piesme, yaitu menekankan pertobatan orang-orang Kristen. Penyebaran agama Kristen ini juga semakin intensif saat Raffles berkuasa. Agama Kristen dan Katolik berkembang pesat di Indonesia timur.
            Agama Katholik juga berkembang di Minahasa setelah Portugis singgah ke tempat itu pada abad ke-16. Penyebaran agama Katholik di Minahasa dipimpin oleh  Pastor Diogo del Magelhaens dan Pedro de Mascarenhas. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1563, yang dapat dikatakan sebagai tahun masuknya agama Katholik. Di Sulawesi Utara. Tercatat pada ekspedisi tersebut sejumlah raja dan rakyat di babtis. Misal, Raja Babontehu bersama 1500 rakyatnya telah dibabtis oleh Magelhaens.

Pedro de Mascarenhas

            Agama Kristen dan Katholik  berkembang di Papua, Timur Indonesia, Sulawesi Utara, dan Tanah Batak. Agama Kristen dan Katholik juga berkembang di Batavia dan Jawa, bahkan di Jawa ada sebutan Kristen Jawa.




Bab III : Penutup
1.1      Kesimpulan
 Kristen yang berkembang di Indonesia adalah Katholik dan Protestan
Penyebaran agama ini melalui proses pelayaran dan perdagangan
Mayoritas penduduk Indonesia bagian Timur menganut agama Kristen dan Katholik

1.2 Saran
       Sebaiknya, generasi muda meningkatkan minat belajar mereka di mapel sejarah. Mereka dapat meningkatkan minat belajar di mapel sejarah dengan cara membaca makalah ini atau sumber referensi yang lainnya. . Karena, mempelajari sejarah sangatlah penting.
















Daftar Pustaka

Mustopo, M. Habib, dkk 2014 . Sejarah Indonesia. Bogor : Yudhistira
Lestrainingsih, Amurwani Dwi, dkk 2014. Sejarah Indonesia . Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan



Lampiran