Makalah Sejarah
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia
XI-MIA-1 Disusun oleh :
Agustinus Lukito Sanjoyo
Arfani Marizka
Ghinaa Amadea H
Yunia Latifah
SMA Negeri 1 Ungaran
Tahun Pelajaran 2016/2017
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah sejarah tentang Perkembangan Agama Kristen di Indonesia
dengan baik.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa dalam makalah kami ini masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaikinya.
Tak lupa, kami mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Oni Adhi Asmara,S.Pd selaku guru sejarah kami yang telah membantu dan
mengarahkan kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah
tentang Perkembangan Agama Kristen di Indonesia ini dapat memberikan manfaat
kepada pembaca.
Wassalamualaikum
Wr.Wb
Ungaran, 3 September 2016
Daftar Isi
Judul
Halaman…………………………………………………………………...0
Kata
Pengantar……………………………………………………………….........1
Bab I :Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………….3
1.2 Tujuan……………………………………………………………………4
1.3 Ruang
Lingkup Materi…………………………………………………...4
Bab II : Pembahasan…………………………………………………..........5
Bab III : Penutup
1.1 Kesimpulan…………………………………………………….……...12
1.2 Saran………………………………………………………………..…12
Daftar Pustaka………………………………………………….………...…13
Lampiran……………………………………………………………..….….14
Bab I : Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Alhamdulillah,
berkat kerja keras kelompok 6 Kelas XI MIPA 1, kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dengan baik. Tentunya makalah
ini kami buat dengan penuh rasa tanggung jawab dan kekompakan antar anggota.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas sejarah yang telah diberikan oleh
Bapak Oni Adhi Asmara, S.Pd selaku guru mapel sejarah kami di SMA Negeri 1
Ungaran.
Sejarah
adalah sesuatu yang tidak boleh dilupakan. Karena di dalam sejarah terdapat
nilai luhur budaya bangsa yang harus dilestarikan. Namun dalam kenyataannya,
masih banyak orang yang belum memahami arti penting sejarah sebagai akar budaya
bangsa. Para generasi muda banyak yang tidak memahami sejarah. Mereka melupakan
masa lalu dengan begitu mudahnya. Padahal, masa lalu adalah sesuatu yang harus
dijadikan pedoman di masa yang akan datang agar tidak terperosok ke dalam
lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Hal
lain yang mendasari pembuatan makalah ini adalah kurangnya minat belajar para
generasi muda dalam mapel sejarah. Mereka berparadigma bahwa sejarah identik
dengan hafalan. Padahal, tujuan utama dalam mempelajari sejarah adalah
mengambil makna dari suatu peristiwa di masa lampau dan dijadikan sebagai
pedoman di masa yang akan datang agar tak mengalami kesalahan yang sama untuk
kedua kalinya. Bukankah pengalaman adalah guru terbaik ? Dengan tegas kami
jawab, iya !
Masalah
selanjutnya adalah banyak sekali masyarakat tidak mengetahui asal usul Agama
Kristen di Indonesia. Siapakah tokoh yang menyebarkan agama Kristen? Di mana
pertama kali agama ini berkembang? Apakah ada hubungannya dengan semangat 3G di
era penjelajahan samudera?
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembuatan makalah ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal sebagai berikut :
Adanya tugas sejarah yang diberikan oleh Bapak Oni
Adhi Asmara, S.Pd
Masih banyak generasi muda yang belum memahami arti
penting sejarah dalam kehidupan
Kurangnya minat belajar siswa dalam mapel sejarah
Adanya paradigma yang kurang baik terhadap mapel
sejarah
Masyarakat tidak mengetahui asal usul Agama Kristen
di Indonesia
1.2
Tujuan
Tentunya
penyusunan makalah ini memiliki tujuan tertentu. Dan tujuan kami adalah dapat
menjawab setiap persoalan yang menjadi latar belakang pembuatan makalah. Jika
diuraikan lebih lanjut per point, tujuan kami adalah sebagai berikut :
v Memenuhi
tugas yang diberikan oleh Bapak Oni Adhi Asmara,S.Pd selaku guru mapel sejarah
kami di SMA Negeri 1 Ungaran
v Memberikan
pemahaman kepada pembaca mengenai arti penting sejarah dalam kehidupan
v Meningkatkan
minat belajar siswa dalam mempelajari sejarah
v Menghilangkan
paradigma siswa yang kurang baik terhadap mapel sejarah
v Memberikan
pengetahuan kepada pembaca mengenai asal usul Agama
Kristen di Indonesia
1.3
Ruang Lingkup Materi
Ruang
lingkup materi dalam proses penyusunan makalah ini berasal dari cakupan materi
sejarah yang membahas Perkembangan Agama Kristen di Indonesia. Ditambah
referensi internet dari beberapa sumber yang telah kami bandingkan dan
sempurnakan.
Bab II : Pembahasan
Mayoritas umat Kristen Indonesia
adalah umat Protestan. Dari 23,5 juta total penduduk Indonesia beragama
Kristen, sekitar 16,5 juta orang mengikuti ajaran-ajaran Protestan, sementara 7
juta orang lainnya mengikuti ajaran-ajaran Katolik. Komunitas-komunitas Kristen
tersebar secara tidak merata di seluruh negeri. Namun, seperti yang bisa
dilihat dari peta di bawah, kebanyakan dari komunitas ini bertempat tinggal di
wilayah Timur Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk lebih rendah.
Lokasi-lokasi dengan komunitas-komunitas Kristen yang
berjumlah cukup besar:
1.
Sumatra Utara
2. Kalimantan
3. Sulawesi Utara
4. Sulawesi Barat
5. Maluku
6. Papua
7. Flores
8. Sumba
9. Timor Barat
2. Kalimantan
3. Sulawesi Utara
4. Sulawesi Barat
5. Maluku
6. Papua
7. Flores
8. Sumba
9. Timor Barat
Kedatangan
Kekristenan di Nusantara
Sumber pertama yang diketahui mengenai
kehadiran agama Kristen di Nusantara bisa ditemukan di karya ensikopledi oleh
Abu Salih Al-Armini, seorang Kristen Mesir yang hidup di abad ke-12. Menurut
tulisannya, ada sejumlah gereja Nestorian di Sumatra Barat pada saat itu yang
berlokasi dekat dengan sebuah tempat produksi kayu kamper. Namun, para ilmuwan
di masa selanjutnya berargumen bahwa Al-Armini mungkin telah salah mencatat
lokasi ini dan lokasi sebenarnya berada di sebuah kota di India.
Setelah Portugis menaklukkan Malaka
(yang kini disebut Malaysia) di tahun 1511, mereka berlayar lebih jauh ke arah
Timur dan menemukan tempat asal rempah-rempah yang diidam-idamkan yaitu
Kepulauan Maluku di mana Sultan Ternate berkuasa. Di sini, Portugis mendirikan
tempat pemukiman kecil. Pada awalnya, hubungan antara orang Portugis yang
beragama Katolik dan penduduk Muslim di Ternate berjalan harmonis karena kedua
pihak menyadari keuntungan-keuntungan kerjasama perdagangan. Dari tahun 1534
dan selanjutnya, para pendeta berkebangsaan Portugis mulai aktif menyebarkan
ajaran Katolik kepada penduduk asli dan pada akhir abad ke-16 sekitar 20%
penduduk Maluku bagian selatan diklasifikasikan sebagai umat Katolik. Dua
lokasi lain, keduanya di wilayah Timur Indonesia, tempat orang-orang Portugis
mendirikan tempat-tempat pemukiman umat Katolik berada di Larantuka (di Pulau
Flores) dan Dili (di Pulau Timor). Namun, terjadi bentrokan antara orang-orang
Portugis (yang ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah) dan penduduk
Ternate. Hal ini secara serius mengurangi pengaruh orang-orang Portugis di
Kepulauan Maluku.
Orang-orang Belanda dari aliran
Protestan-Calvinis mendirikan tempat pemukiman pertama mereka di Ternate pada
tahun 1607. Mereka juga ingin memonopoli perdagangan rempah-rempah namun jauh
lebih berhasil dibandingkan orang-orang Portugis dalam mencapai ambisi mereka.
Selama dua abad selanjutnya, Kesultanan Ternate secara bertahap kehilangan
kekuasaannya, sementara ketiadaan pengaruh Portugis juga menimbulkan
konsekuensi bagi penyebaran kekristenan di wilayah itu. Pada awalnya,
orang-orang Belanda hanya memiliki sedikit minat untuk menyebarkan Injil. Di
beberapa wilayah yang dikuasai perusahaan dagang Belanda yaitu VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie) orang Belanda memang mendukung aktivitas-aktivitas misionaris.
Namun, di kebanyakan kasus kegiatan misionaris terbatas pada tugas-tugas
pastoral untuk komunitas-komunitas (yang sudah) Kristen yang kebanyakan terdiri
dari orang-orang Eropa. Tidak ada usaha penyebaran agama besar-besaran yang
didukung di wilayah-wilayah di bawah kontrol Belanda. Namun, satu kebijakan
cukup jelas: hanya Kekristenan aliran Protestan-Calvinis Belanda yang
diizinkan. Imam-imam Katolik yang sebelumnya menyebarkan ajaran-ajaran Katolik
diusir. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa proses penyebaran ajaran
Kristen, yang dimulai oleh orang-orang Portugis, telah (hampir) berhenti sama
sekali ketika Belanda berkuasa di periode VOC (1602-1798).
Penyebaran
Kekristenan selama Periode Penjajahan
Pada abad ke-19 ketika Kerajaan
Belanda mendapat kontrol atas wilayah yang sebelumnya dikuasai VOC, aktivitas-aktivitas
misionaris masih tetap tidak didukung oleh pemerintah kolonial. Gereja Reform
Belanda adalah agen pemerintah yang hanya berfokus melayani kebutuhan religius
dari warganegara Belanda (yang sudah) memeluk aliran Protestan. Kendati begitu,
sekelompok kecil dari anggotanya melakukan penyebaran ajaran-ajaran Protestan
dan mendirikan gereja-gereja dan sekolah-sekolah di Hindia Belanda. Namun,
insentif skala besar yang nyata untuk penyebaran agama bagi penduduk asli
datang dari organisasi-organisasi baru yang datang dari Eropa di pertengahan
kedua abad ke-18 dan abad ke-19. Institusi-institusi seperti Serikat Misionaris
Belanda (Nederlandsch Zendeling Genootschap) dan Kelompok Misionaris
Rhenish (Rheinische Missionsgesellschaft) dari Jerman diizinkan untuk
menyebarkan ajarannya di Hindia Belanda. Karena Kerajaan Belanda di Eropa telah
mulai menjadi sekuler, pemerintah kolonial juga tidak bisa mencegah
misionaris-misionaris Katolik melakukan aktivitas-aktivitasnya di Hindia
Belanda. Pemisahan antara gereja dan negara berarti negara harus mengambil
sikap netral mengenai isu-isu agama, karenanya aktivitas-aktivitas misionaris
diserahkan pada sektor non-pemerintahan.
Sekalipun pada tahun 1900,
aktivitas-aktivitas misionaris telah terbentuk di seluruh wilayah koloni
(kecuali untuk wilayah-wilayah Muslim di Aceh dan Sumatra Barat), jumlah umat
Kristen tidak banyak bertambah dibandingkan satu abad sebelumnya. Hanya dua
wilayah yang menunjukkan pertambahan besar untuk jumlah penduduk asli pengikut
ajaran Protestan, yaitu Minahasa (Sulawesi Selatan) dan Tapanuli (Sumatra
Utara). 'Kegagalan' umum penyebaran agama Kristen kepada penduduk asli dalam
skala besar terutama disebabkan karena kurangnya kemampuan finansial,
terbatasnya jumlah pekerja, dan pengunaan metode-metode yang tidak tepat.
Setelah tahun 1900, ekspansi wilayah oleh Pemerintah Kolonial telah hampir
sukses seluruhnya dan politik etis (bertujuan meningkatkan
standar hidup penduduk asli) diperkenalkan. Kebijakan baru ini mengimplikasikan
dampak lebih langsung kepada penduduk asli yang - antara lain - menyebabkan
kedatangan (khususnya) banyak umat Katolik dari Belanda. Dengan lebih banyak
sumberdaya manusia dan dukungan keuangan, aktivitas-aktivitas misionaris
Katolik bergerak ke wilayah-wilayah baru dan jumlah penduduk asli pengikut
ajaran Katolik turut bertambah. Kelompok-kelompok Protestan didukung oleh
sejumah organisasi dari wilayah Amerika Utara yang datang ke Hindia Belanda
pada pertengahan pertama abad ke-20. Pada umumnya, pendekatan misionaris di
koloni Belanda cukup terpecah-percah. Pada tahun 1938, diambil langkah-langkah
untuk mendirikan Dewan Kristen Nasional di Hindia Belanda namun Perang Dunia II
dan dilanjutkan dengan kemerdekaan Indonesia mengakhiri usaha ini.
Perkembangan Agama Kristen di
Indonesia secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni Kristen
Katholik dan Kristen Protestan. Seperti halnya Agama Hindu, Buddha, dan Islam,
penyebaran Agama Kristen juga melalui aktivitas pelayaran dan perdagangan.
Aktivitas pelayaran dan perdagangan waktu itu sudah menjangkau ke seluruh
wilayah Kepulauan Indonesia. Dalam kenyataannya, Agama Kristen Katholik dan
Kristen Protestan berkembang di beerbagai daerah. Bahkan di daerah Indonesia
bagian Timur seperti di Papua, daerah Minahasa, Timor, Nusa Tenggara Timur,
juga daerah Tapanuli di Sumatera, Agama Kristen menjadi mayoritas.
Mengenai
proses masuknya Agama Kristen ke Indonesia ini dapat dikatakan dalam dua
gelombang atau dua kurun waktu. Pertama, dikatakan bahwa Agama Kristen masuk di
Indonesia sudah sejak jaman kuno. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya
Topographica Christiana, diceritakan bahwa pada abad ke-6 sudah ada komunitas
Kristiani di India Selatan, Pantai Malabar dan Srilanka. Dari Malabar, Agama
Kristen menyebar ke berbagai daerah. Tahun 650, Agama Kristen sudah mulai
berkembang di Kedah (Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Abad ke-9, Kedah
menjadi pelabuhan dagang yang ramai di jalur dagang India-Aceh-Barus-Nias-Selat
Sunda-Laut Jawa-China. Jalur ini disebut
sebagai jalur penyebaran Kristen ke Nusantara. Diberitakan bahwa agama Kristen
kemudian mulai tumbuh di Barus (Fansur). Di daerah ini terdapat Gereja Bunda
Perawan Murni Maria. Disebutkan bahwa di Lobu Tua dekat kota Barus terdapat
desa tua bernama desa Janji Mariah.
Dari uraian tersebut dapat
dijelaskan bahwa Agama Kristen masuk dengan cara damai melalui jalur pelayaran
dan perdagangan. Agama ini tumbuh di Semenanjung Malaya dan Pantai barat
Sumatera. Penganut Agama Kristen hidup di kota-kota pelabuhan dengan
beraktivitas sebagai pedagang.
Di periode berikutnya, penyebaran
Kristen lebih intensif seiring dengan datangnya Bangsa Barat ke Indonesia pada
abad ke-16. Kedatangan Bangsa Barat semakin memantapkan dan mempercepat
penyebaran Kristen di Indonesia. Orang-orang Portugis menyebarkan Kristen
Katholik dan orang-orang Belanda menyebarkan Kristen Protestan. Telah diuraikan
di bab sebelumnya, bahwa pada abad ke-16 telah terjadi penjelajahan samudera
untuk menemukan dunia baru. Periode ini sering disebut The Age of Discovery.
The Age of
Discovery
Kegiatan penjelajahan samudera untuk
menemukan dunia baru dipelopori oleh orang-orang Portugis dan Spanyol dengan
semboyan 3G :Gold,Glory,Gospel. Dengan motivasi tersebut, penyebaran agama
Katholik yang dibawa Portugis tidak terlepas dari kepentingan ekonomi dan
politik. Setelah menguasai Malaka tahun 1511, Portugis meluaskan eksploitasi ke
Kepulauan Maluku untuk memburu rempah-rempah. Tahun 1512, kapal Portugis
mendarat di Hitu, Kep. Maluku. Waktu itu, perdagangan di Pulau Igis ramai.
Berkembanglah Agama Katholik di beberapa daerah di Maluku. Para penyiar Agama
Katholik diawali oleh Pastor (dalam bahasa Portugis : padre artinya imam)
Pastor yang terkenal di jaman itu adalah Fransiscus Xaverius SJ dari ordo
Yesuit. Ia aktif mengunjungi desa-desa
di sepanjang Pantai Leitimor, Kep. Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara dan
Kep. Morotai. Usaha penyebarannya dilanjutkan pastor-pastor lain. Di NTT, agama
Kristen berkembang hingga sekarang.
Fransiscus
Xaverius SJ
Berikutnya juga berkembang Agama
Kristen di Maluku setelah VOC menguasai Ambon. Pada waktu itu, zendeling aktif
menyebarkan agama baru ini dengan semangat piesme, yaitu menekankan pertobatan
orang-orang Kristen. Penyebaran agama Kristen ini juga semakin intensif saat
Raffles berkuasa. Agama Kristen dan Katolik berkembang pesat di Indonesia
timur.
Agama Katholik juga berkembang di
Minahasa setelah Portugis singgah ke tempat itu pada abad ke-16. Penyebaran
agama Katholik di Minahasa dipimpin oleh
Pastor Diogo del Magelhaens dan Pedro de Mascarenhas. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 1563, yang dapat dikatakan sebagai tahun masuknya agama
Katholik. Di Sulawesi Utara. Tercatat pada ekspedisi tersebut sejumlah raja dan
rakyat di babtis. Misal, Raja Babontehu bersama 1500 rakyatnya telah dibabtis
oleh Magelhaens.
Agama Kristen dan Katholik berkembang di Papua, Timur Indonesia,
Sulawesi Utara, dan Tanah Batak. Agama Kristen dan Katholik juga berkembang di
Batavia dan Jawa, bahkan di Jawa ada sebutan Kristen Jawa.
Bab III : Penutup
1.1
Kesimpulan
Kristen yang berkembang di Indonesia adalah
Katholik dan Protestan
Penyebaran
agama ini melalui proses pelayaran dan perdagangan
Mayoritas
penduduk Indonesia bagian Timur menganut agama Kristen dan Katholik
1.2 Saran
Sebaiknya,
generasi muda meningkatkan minat belajar mereka di mapel sejarah. Mereka dapat
meningkatkan minat belajar di mapel sejarah dengan cara membaca makalah ini
atau sumber referensi yang lainnya. . Karena, mempelajari sejarah sangatlah
penting.
Daftar Pustaka
Mustopo,
M. Habib, dkk 2014 . Sejarah Indonesia.
Bogor : Yudhistira
Lestrainingsih,
Amurwani Dwi, dkk 2014. Sejarah Indonesia
. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Lampiran